Thursday, April 21, 2011

WW II STORY : ERWIN ROMMEL (THE DESERT FOX)

Jika kita membahas masalah Perang Dunia II, dapat dikatakan, seluruh dunia merasa lega dengan kehancuran pasukan jerman yang akhirnya mendorong Hittler dan keluarganya (Eva Brown dan anak mereka) melakukan bunuh diri. Wehrmacht (Angkatan Darat Jerman) mempunyai seorang Jenderal yang legendaris dan boleh dikatakan satu-satunya Jenderal yang dihargai oleh kawan serta lawan-lawannya yaitu : Erwin Johannes Eugen Rommel, seorang Panglima Divisi Panser Jerman yang terkenal tangguh.

Salah satu contoh nyata adalah Perdana Menteri Inggris Sir Winston Churchill, yang waktu itu adalah musuh bebuyutan Jerman, secara terang-terangan memberikan salut kepada jenderal jenius ini di Parlemen. Bahkan ketika menjelang akhir hayatnya saat ditanya mengapa dia memuji musuh, Churchil mengatakan "Saya tidak menyesal memuji Rommel". Rasa hormat ini juga keluar dari mulut musuh bebuyutannya, Jenderal Patton (Panglima Divisi Lapis Baja Angkatan Darat Amerika) yang beberapa kali terlibat pertempuran dengan pasukan Rommel.
RIWAYAT ROMMEL
Erwin Rommel dilahirkan 15 November 1891 di Heidenheim, sekitar 50 km dari kota Ulm, di negara bagian Württemberg, Jerman bagian selatan. Rommel adalah anak kedua. Ayahnya bekerja sebagai Kepala Sekolah Menengah di Aalen. Rommel terkenal cerdas dari sejak kecil, saat usia 14 tahun, ia bersama teman-temannya membuat sebuah pesawat layang (glider). Meskipun tidak sampai terlalu jauh, tetapi pesawat buatannya ini berhasil terbang.

Pada saat muda, Rommel sebenarnya sangat menginginkan belajar teknik, namun ayahnya tidak menyetujuinya dan menyuruhnya untuk bergabung dengan Resimen Infantri ke-24 Württemberg sebagai kadet, hingga akhirnya Rommel dikirim ke Sekolah Kadet Militer di Danzig pada tahun 1910 dan pada bulan November 1911, Rommel menyelesaikan pendidikannya dengan pangkat Letnan. Setelah lulus sebagai kadet,  pada bulan Januari 1912, Rommel mendapat penempatan tugas di Wehrmacht/Angkatan Darat


MASA PERANG DUNIA I
Saat pecah Perang Dunia I tahun 1914, Rommel yang pada saat itu tergabung dengan pasukan elit Alpen Korps bertugas di front barat (Perancis dan Rumania), sempat tiga kali mengalami luka dalam pertempuran. Atas segala jasa dan keberaniannya selama di garis depan, Rommel mendapatkan anugerah bintang jasa Iron Cross kelas satu dan kelas dua pada bulan Januari 1915.

Satu tahun setelah pernikahannya pada tahun 1916 dengan Lucie Maria Mollin, seorang gadis yang dikenalnya saat masih menjadi kadet di danzig, Rommel dan pasukan kecil yang dipimpinnya ditempatkan di front Italia. Di tempat ini ia berhasil memimpin serangan ke Monte Majur, dan atas keberhasilannya, Rommel dipromosikan menjadi Kapten.

Keberhasilannya pada serangan Monte Matajur, memotivasi Rommel dan sekelompok kecil anak buahnya untuk menyeberangi Sungai Piave dalam upaya merebut garnisun pasukan Italia di Lognaroni. Atas Keberhasilan serta upayanya yang berakhir pada kemenangan dalam Pertempuran di lognaroni, Erwin Rommel dianugrahi bintang jasa tertinggi di Angkatan Perang Jerman, yaitu Pour le Mérite. Penghargaan ini tidak tanggung-tanggung diberikan oleh Angkatan Perang Jerman, mengingat bintang jasa ini biasanya diberikan hanya kepada para jenderal. Rommel dan pasukannya memainkan peranan penting dalam pertempuran di Caporetto, yang merupakan kunci kemenangan Jerman atas Angkatan Darat Italia.


PASCA PERANG DUNIA I
Rommel tetap berdinas di Wehrmacht pasca PD I. Tahun 1929 ia diangkat menjadi instruktur  Sekolah Infantri di Dresden. Romel kemudian naik panggat menjadi letnan kolonel pada bulan Oktober 1935. Dengan pangkat barunya inilah ia mulai mengajar di Akademi Militer Potsdam. Rommel dikenal sebagai pengajar yang luar biasa. Bahan-bahan kuliahnya lebih banyak bersumber pengalaman dan buku catatan hariannya selama terlibat dalam PD I. Begitu briliannya taktik-taktik pertempuran Rommel pada masa PD I yang ia tulis dalam Catatan hariannya inilah yang kemudian mendorong pihak Wehrmacht untuk membukukannya. Buku ini kemudian diterbitkan pada  diterbitkan pada tahun 1937 dengan judul : INFANTERIE GREIFT AN (Infanteri (taktik) dalam melakukan serangan).

Buku ini juga dibaca oleh Adolf Hitler yang sangat terkesan dengan isi buku tersebut. Hitler kemudian menugaskan Rommel untuk melatih Hitler Jügend (kelompok anak-anak dan pemuda belia yang di doktrin dan dididik untuk setia pada NAZI dan siap diterjunkan dalam pertempuran baik sebagai pasukan militer maupun sebagai militan-militan).

Tahun 1938, Rommel, yang sudah berpangkat kolonel, ditunjuk sebagai komandan Akademi Perang di Wiener Neustadt. Di sinilah ia kemudian menulis sebuah buku lagi sebagai lanjutan dari bukunya yang pertama yaitu PANZER GREIFT AN (sering diterjemahkan sebagai Tank in Attacks). Dalam selang waktu yang tidak lama, Rommel kemudian ditempatkan dalam Führer-Begleitbattalion yaitu sebuah batalion khusus yang dibentuk sebagai pengawal pribadi Adolf Hitler


PERANG DUNIA II
Pada musim gugur tahun 1938, Hitler menunjuk Rommel memimpin unit Wehrmacht yang bertugas melindungi kunjungannya ke Cekoslowakia. Saat itu Cekoslovakia baru saja dianeksasi Jerman. Kondisi Eropa pada masa-masa ini kian memanas Jerman di bawah kekuasaaan Hitler dan militernya secara terang-terangan melakukan mobilisasi masal dengan memproduksi peralatan perang. Kondisi ini makin memanas setelah beredarnya desas-desus bahwa Jerman akan melakukan invasi besar-besaran ke Eropa dan Afrika.

Menjelang invasi ke Polandia, Hitler menyusun strategi penyerangan dan Rommel yang saat itu dipromosikan sebagai Mayor Jenderal dan menjabat sebagai Komandan Führer-Begleitbattalion diberi kepercayaan dan tanggungjawab untuk memimpin pengamanan Markas Besar Hitler yang selama invasi selalu bergerak (tidak menetap).


PERTEMPURAN PRANCIS (1940)
Tank Tiger milik Jerman
saat memasuki Prancis
Tiga bulan setelah invasi Polandia, Rommel mendapat perintah memimpin Divisi Panzer ke-7 untuk melakukan invasi ke Perancis dalam Fall Gelb Operation, yang dulakukan pada bulan Mei 1940. Dibawah komandonya yang brilian, pasukan Rommel bergerak maju lebih cepat dan lebih jauh dari pasukan-pasukan lain dalam sejarah militer dunia. Saking cepatnya pergerakan pasukan di bawah kepemimpinannya ini, ia dan pasukannya mendapat julukan Gespenster-Division (Divisi Siluman) karena sulit sekali dideteksi keberadaan pasukannya, jangankan oleh pihak lawan, Markas Besar Wehrmacht sendiri sulit untuk mendeksi pergerakan pasukan Rommel.

Divisi Panzer ke-7 merupakan unit pasukan Jerman pertama yang mencapai Selat Inggris pada 10 Juni 1940, Lalu dia memutar ke selatan, merebut pelabuhan penting Cherbourg pada 19 Juni, dan melaju sepanjang pesisir Perancis hingga mencapai perbatasan Spanyol.

Selama pertempuran di Perancis, Rommel yang memimpin Divisi Panzer ke-7 terkenal gigih dan ulet, sehingga hasil akhir dari pertempuran selalu berpihak pada pasukannya. Kegigihan Rommel tampak jelas terlebih saat terlibat pertempuran di Arras.

Saat Divisi Panzer ke-7 memasukki Arras (Prancis bagian utara) pada tanggal 21 Mei 1940, ia dihadang oleh pasukan Sekutu dibawah pimpinan Mayjen Harold Franklyn, seorang Panglima Divisi Infantri ke-5 Angkatan Darat Inggris yang ditugaskan di Perancis yang dijuluki Frankforce. Pertempuran sengit pun terjadi, Pasukan Rommel berhadapan dengan 2 resimen tank Inggris sehingga mengalami kekalahan. Dalam pertempuran ini, Rommel mengalami kerugian kehilangan pasukan yang cukup besar.

Kekalahannya ini justru membuat Rommel untuk mematangkan strategi dan taktiknya untuk melakukan serangan berikutnya. Dengan menggunakan sisa kekuatan yang ada, Rommel kembali menyerbu Arras. Manuver-manuver dan pemberdayaan senjata digunakan seoptimal mungkin. Bahkan Rommel menggunakan senjata yang boleh dikatakan bukan pada tempatnya.
Flak 88 mm Anti-Aircraft gun
Rommel menggunakan senjata Flak 88 mm Anti Aircraft Gun untuk menggempur tank-tank Inggris. Satu hal yang tidak pernah terpikirkan sepanjang sejarah militer pada saat itu, senjata anti pesawat terbang digunakan untuk menembak sasaran di darat. Penggunaan senjata ini rupanya justru menjadi kunci kemenangan Rommel dan pasuknnya, dengan kalibernya yang besar, (88mm) senjata ini mampu menembus lapisan baja dari Tank Inggris dan membuatnya tunggang langgang. Bahkan kemudian senjata ini memiliki tambahan nama menjadi Flak 88mm Anti Aircraft & Anti Tank


PERTEMPURAN AFRIKA UTARA (1941-1943)
Sebagai penghargaan atas kepiawaiannya dalam memimpin pasukan di daerah pertempuran, Hittler mengangkat Rommel menjadi Jenderal dan menjadi Panglima dari 2 divisi Wehrmacht yaitu Divisi Ringan ke-5 di mana divisi ini kemudian dikembangkan dan di design ulang menjadi Divisi Panzer ke-21, dan Divisi Panzer ke-15, yang dikirim ke Libya pada awal 1941 untuk membantu pasukan Italia sebagai sekutu Jerman pada waktu itu yang menderita kekalahan besar di front Afrika Utara. Pengiriman pasukan Rommel ke kancah pertempuran di Afrika merupakan cikal bakal terbentuknya Deutsches Africa Corps.

Rommel dengan Pasukan barunya ini, berhasil memukul mundur British 8th Army dan mengusirnya keluar dari Tobruk, Libya. Pasukan Romel kemudian bergerak terus merangsek hingga ke Mesir, hingga akhirnya berhasil dipatahkan dalam pertempuran di 'Alamain. Kelincahan dan kecepatan dalam memimpin pasukannya di Afrika Utara inilah yang menyebabkan ia mendapat julukan "THE DESERT FOX" (Rubah Gurun). Keberhasilan Deutsches Africa Corps terutama karena kejeniusan Erwin Rommel serta didukung pula oleh kecanggihan teknologi panser Jerman. Hal lain yang mendukung keberhasilan Rommel dalam pertempuran di Afrika Utara adalah tingkat kedisiplinan pasukannya.
Erwin Rommel di tengah pasukannya di Afrika Utara
Namun sangat disayangkan, kesuksesannya ini tidak terlalu mendapat tanggapan serius dari Reichführer Hittler yang saat itu lebih memusatkan perhatiannya ke front Rusia dan menyusun rancangan untuk menyerbu Inggris. kondisi ini diperparah dengan adanya blokade Angkatan Laut Inggris di Laut Tengah, sehingga menyebabkan terganggunya pasokan Logistik, Amunisi, dan Bahan Bakar bagi pasukan Rommel, sehingga ia mengalami kekalahn demi kekalahan dalam pertempuran. Akhirnya pada saat tentara Amerika Serikat mendarat di Maroko dan Aljazair, Rommel dan seluruh pasukannya ditarik mundur meninggalkan Tunisia. Banyak informasi yang mengatakan bahwa kekalahannya pada pertempura di El Alamein dan penarikan mundur pasukannya dari Thubruq membuat Hitler berang


ATLANTIC WALL (1943-1944)
Di Afrika Utara, Rommel terserang infeksi saluran pernafasan. Dengan kondisi demikian, ia terpaksa ditarik pulang ke Jerman. Kembali ke Jerman, Rommel sempat menganggur karena tidak diberikan jabatan apa-apa, mungkin karena Hittler masih berang dengan kekalahan Rommel di El Alamien.

Tetapi itu tidak berlangsung lama. Saat serangan Sekutu makin gencar dan mulai terasa makin mengganggu keamanan daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Jerman, Rommel kembali ditunjuk sebagai Panglima Grup B Wehrmacht, dengan tugas utama untuk mempertahankan pantai Perancis dan Normandia dari kemungkinan invasi Sekutu. Di bawah komandonya ini Rommel membentuk barisan pertahanan dengan bunker-bunker meriam dan barikade-barikade yang dikenal dengan nama Atlantic Wall yang dibangun Jerman di sepanjang garis pantai. Atlantik Wall dibangun untuk melindungi pasukan Jerman terutama di Normandia, karena di tempat ini adalah pusat kekeuatan Tentara Jerman dalam melakukan invasinya ke Eropa.

Keberadaan garis pertahanan ini benar-benar merepotkan pihak sekutu. Bunker-bunker yang dilengkapi dengan meriam-meriam kaliber besar menjadi malaikat maut bagi kapal-kapal perang dan pesawat-pesawat sekutu, hingga akhirnya sekutu melakukan operasi besar-besaran dengan nama "Overlord Operation" sebuah operasi besar yang diusulkan oleh Amerika.
Bunker beton rngkaian Atlantic Wall
hingga kini masih berdiri kokoh
dan dijadikan obyek wisata
Operasi yang didominasi oleh asukan Amerika Serikat ini dibuka dengan pendaratan parasut dan glider pada dini hari, serangan udara dan artileri laut, dan pendaratan amfibi pagi hari, pada 6 Juni 1944, yang kemudian dikenal dengan istilah D-Day. Pertempuran ini adalah pertempuran yang panjang dan sengit, hingga akhirnya pertahanan di Atlantic Wall dapat dipatahkan, walaupun pihak sekutu mengalami kerugian da kehilangan yang sanat besar. Keruntuhan Atlantic Wall ini menyebabkan pasukan sekutu merangsek lebih jauh lagi hingga akhirnya berhasil membebaskan Paris, dan menghancurkan kantong Falaise pada akhir Agustus 1944.


UPAYA KUDETA
Sudah bukan menjadi rahasia lagi jika Rommel pun menyimpan rasa tidak puas atas kepemimpinan Hittler. Kekecewaannya karena merasa ditinggalkan saat di Afrika Utara, dan ambisi Hittler yang semakin tidak jelas arah dan tujuannya tanpa mau mengevaluasi kekalahan-kekalahan Jerman, ditambah penggunaan obat-obatan yang dikonsumsi oleh Hittler, mendorong Rommel untuk menggunakan kharismanya sebagai seorang Jenderal Legendaris, melakukan konspirasi perebutan kekuasaan.
Beberapa sumber mengatakan bahwa konspirasi perebutan kekuasaan ini direncanakan oleh jenderal-jenderal Hittler terutama dari petinggi-petinpggi Wehrmacht. Ada sumber juga yang mengatakan bahwa bukan hanya Rommel yang  Cannaris dan Gooring juga melakukan hal yang sama, masing dengan pasukan dan kekuatannya, jalan sendiri-sendiri dengan satu tujuan yaitu menggulingkan Hittler. Upaya mereka pada akhirnya gagal karena Hittler masih mempunyai Schutzstaffel (SS) sebagai pengawal pribadi dengan kekuatan intelijennya untuk mengantisipasi hal seperti ini (walaupun fakta menunjukkan bahwa Himmler sebagai komandan SS juga sempat berkonspirasi untuk menggulingkn Hittler).

Pada 17 Juli 1944, dalam perjalanan pulang dari front, mobil Rommel diberondong pesawat Spitfire Angkatan Udara Kanada. Rommel terluka parah dan harus menjalani perawatan di rumah sakit, dan saat inilah konspirasi politiknya untuk menghabisi Hitler yang direncanakan tanggal 20 Juli 1944, terbongkar. keterlibatannya terbongkar karena orang-orang yang berhasil diciduk oleh SS adalah orang-orang dekat Rommel.

Hittler menyadari betul popularitas Rommel di mata rakyat Jerman terutama di mata Wehrmacht, sehingga Hitler memberi pilihan pilihan kepada Rommel untuk melakukan bunuh diri dengan menenggak pil sianida atau mengaku di depan pengadilan rakyat (Volksgerichtshof). Pada akhirnya Erwin Rommel memilih mengakhiri hidupnya dengan sianida pada 14 Oktober 1944 dan dimakamkan secara kebesaran militer.

Untuk menghindari preseden buruk terhadap dirinya dari rakyat Jerman yang saat itu benar-benar mengidolakan sang Jenderal Erwin Rommel, Hittler mengeluarkan pernyataan bahwa Generalfeldmarschall Erwin Romel meninggal dunia karena lukanya saat diberondong pesawat musuh.
Tugu untuk mengenang kebesaran
Erwin Rommel
Erwin Rommel memang seorang Jenderal Besar, yang dihargi oleh lawan dan kawan, bahkan selain Churchil dan Patton yang secara terang-terangan memberi salut kepadanya, Majalah TIME edisi 13 tahun 1942 menjadikan Foto Rommel sebagai covernya.


Buku harian Rommel kemudian diterbitkan dengan judul The Rommel's Papers. Dan pada tahun 1951, sebuah perusahaan film Inggris memproduksi film berjudul The Desert Fox. Rommel juga satu-satunya tokoh Reich Ketiga yang memiliki museum untuk mengenang dirinya dan kariernya.

No comments:

Post a Comment