Wednesday, March 16, 2011

SIMO "White Death" HAYHA (Sniper Legend-1)

Simo Häyhä
Simo Häyhä lahir pada tanggal 17 Desember 1905 di Rautajärvi, Finlandia, (sebuah kota kecil dekat perbatasan Uni Soviet). Dia adalah seorang petani dan sebagian besar waktunya dipergunakan untuk berburu.

Karir militernya dimulai pada tahun 1925 ketika ia bergabung dengan finnish army (angkatan darat Finlandia) untuk memenuhi panggilan wajib militer, berkaitan dengan makin memanasnya konflik antara negaranya dengan Uni Soviet.Tahun 1939 Pecahlah perang antara Finlandia dengan Uni Soviet yang dikenal dengan nama Perang Musim Dingin. dalam masa perang inilah Simo Häyhä bergabung dengan Pasukan 6 Jaeger Regiment 34 dan ditugaskan menjadi seorang penembak jitu/penembak runduk (SNIPER).

Di sinilah semua cerita berawal. Pertempuran antara tentara Finlandia dengan tentara merah (Soviet red army) di sepanjang Sungai Kolla merupakan pertarungan heroik bangsa Finlandia, dimana 32 tentara Finlandia harus menghadapi 4000 tentara Uni Soviet.


WHITE DEATH
Ia Dijuluki White Death
Dengan berpakaian serba putih, dalam suhu suhu minus 20 sampai dengan minus 40 derajat Celsius, Simo Häyhä menjadikan perbukitan di sepanjang sungai Kolla sebagai “Killer Hill” bagi tentara Uni Soviet, sampai Soviet mengirimkan Pasukan khususnya dan membentuk tim CONTRA-SNIPER (sniper vs sniper) khusus untuk memburu Simo Häyhä. Namun upaya ini kandas, karena tidak satupun dari pasukan itu yang berhasil luput dari bidikan Simo.

505 tentara Soviet tewas ditangannya dengan menggunakan senapan M28 yang merupakan Varian dari Mosin Nagant buatan Uni Soviet (wah...senjata makan tuan..) dan dengan senjata pendukung yang dibawanya yaitu senapan  Suomi KP/-31 (Small Machine Gun) Simo menghabisi 200 nyawa Tentara Soviet, sehingga total dalam waktu 100 hari Simo Häyhä menghabisi 705 tentara Soviet.
M28 yang digunakan Simo Häyhä
SUOMI KP/-31 SMG
Kepiawaian Simo Häyhä dengan senapannya ini mengakibatkan tidak ada satupun prajurit Russia yang berani mendekati area-area dimana Simo Häyhä diperkirakan bersembunyi. Soviet bahkan melakukan "carpet-bombing" dari udara hanya untuk memburu dan menghabisi Simo Häyhä. Namun Simo Häyhä selalu bisa meloloskan diri.


TANPA TELESCOPE
Angka spektakuler untuk jangka waktu 100 hari yang membuat kira menggelengkan kepala dan berdecak kagum. Kita akan lebih tercengang lagi jika kita tahu ternyata Simo Häyhä TIDAK PERNAH MENGGUNAKAN TELESCOPE untuk membidik sasarannya tapi hanya menggunakan pisir pembidik (Iron Sight) untuk membidik korbannya, padahal rata-rata korbannya berada dalam jarak sekitar 400 meter dari posisinya.

Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, menurutnya penggunaan Telescope untuk medan bersalju seperti ini dapat mematulkan sinar dari lensa telescope tersebut, sehingga posisinya dapat dengan mudah diketahui oleh lawan dan alasan lainnya adalah suhu yang ektrism dapat menimbulkan embun di dalam telescopenya dan ini jelas akan mengganggu bidikannya.


TERTEMBAK DI KEPALA
wajah Simo Häyhä
setelah tertembak
di bagian kiri kepalanya
Pada tanggal 4 Maret 1940 menjadi hari yang bersejarah bagi Simo Häyhä, karena hari itu merubah segalanya. Nyawanya nyaris melayang setelah seorang penembak Soviet yang beruntung, menggunakan PELURU PELEDAK dan berhasil menembak kepalanya.

Peluru menghantam rahangnya dan menghancurkan wajah sebelah kiri Simo Häyhä. Menurut teman satu regunya, Saat mereka menolong Simo, setengah wajahnya hilang karena hancur akibat hantaman peluru peledak tersebut. Akibatnya sangat fatal, Simo Häyhä mengalami koma selama tujuh hari, dan tembakan ini pada akhirnya menghentikan aksi Simo Häyhä. Akibat tembakan ini pula wajah Simo Häyhä berubah.

Simo Hayha
menandatagani buku
tentang senapan
Mosin Nagant
Setelah perang berakhir, Field Marshal Carl Gustav Emil Mannerheim, pimpinan tertinggi militer Finlandia pada saat itu menaikkan pangkat Simo Häyhä dari Kopral menjadi Letnan Satu atas jasanya yang sangat besar dalam membela negara.

Dalam sebuah wawancara pada tahun 1998, saat ditanya bagaimana sampai ia bisa sepiawai itu membidik sasaran, Simo Häyhä menjawab dengan singkat "PRACTISE". Dan saat ditanya apakah ada perasaan menyesal karena telah membunuh begitu banyak orang Soviet, dia hanya menjawab "I did what I was told to as well as I could.".....Simo Häyhä meninggal pada tanggal 1 April 2002 dalam usia 96 tahun, dan dimakamkan dalam upacara militer

2 comments:

  1. kopral yg hebat....fantastis...

    ReplyDelete
  2. Sniper Legendaris...akhirnya ada jg artikelnya
    ini idola saya bos..realy cool..
    ditunggu posting lainnya...
    salam y bwt tmn2...

    ReplyDelete