Friday, March 25, 2011

SAT-81 / GULTOR (Penanggulangan Teror)

Dhuaja Sat-81/Gultor
Satuan 81/Penanggulangan Teror atau disingkat Sat-81/Gultor adalah satuan di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) setingkat dengan Grup, yang bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur. Kekuatan dari satuan ini tidak dipublikasikan secara umum mengenai jumlah personil maupun jenis persenjataannya yang dimilikinya, semua itu dirahasiakan


Awal peristiwa yang mendorong terbentuknya satuan ini adalah peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok pada tanggal 31 Maret 1981, dimana pada masa-masa ini pembajakan pesawat sedang marak terjadi di mana-mana dan kegiatan teroris di Indonesia dedang marak. Dalam peristiwa ini, operasi pembebasan sandera dilakukan oleh 35 orang anggota Grup-1 PARAKO Kopasandha (sekarang Kopassus) dibawah pimpinan dibawah pimpinan LetKol (Inf) Sintong Panjaitan dengan hasil yang amat gemilang, dan masuk dalam hitungan operasi tercepat


Dua orang gugur dalam operasi ini yaitu : Lettu Anumerta Achmad Kirang (anggota Kopasandha) yang tertembak pada bagian perutnya saat mencoba menerobos masuk dari bagian pintu belakang pesawat, serta Herman Rante (kapten pilot DC-9 Woyla) yang meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit

tidak diketahui, tidak terdengar, tidak terlihat

Atas hasil inilah, maka Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) menetapkan lahirnya sebuah kesatuan baru setingkat detasemen di lingkungan Kopassandha dan pada tanggal 30 Juni 1982, lahirlah Detasemen 81 (Den-81) Kopassandha dengan komandan pertama Mayor Inf. Luhut Binsar Panjaitan dengan Kapten Inf. Prabowo Subianto sebagai wakilnya


Keduanya kemudian dikirim untuk mengambil spesialisasi penanggulangan teror ke GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9) yaitu satua khusus anti teror Jerman yang namanya melejit saat operasi "Black September" di satdion munich saat olimpiade pada tahun 1970. Sekembalinya ke Tanah Air, kedua perwira tersebut kemudian diserahi tugas dan tanggungjawab untuk menyeleksi dan melatih para prajurit Kopassandha yang ditunjuk untuk masuk ke Detasemen-81 yang kemudian berganti nama menjadi Satuan-81 Penanggulangan Teror (SAT-81 GULTOR) hingga sekarang


Sebagai ujung tombak pertahanan dan keamanan negara, Satuan-81 mempunyai jargon "tidak diketahui, tidak terdengar dan tidak terlihat". Untuk itulah makanya satuan ini tidak terekspos di media-media seperti kesatuan-kesatuan lainnya demikian juga dengan jumlah pasti personilnya.



HK MP-5
Sat-81 Gultor merupakan salah satu organisasi bersenjata yang paling progresif di dunia. Satuan ini merupakan unit kedua di dunia setelah GSG-9 yang menggunakan senapan serbu HK MP-5 dan produk Heckler & Koch lainnya. Selan itu, satuan ini adalah pelopor pemakaian PETN sebagai bahan peledak alternatif selain C-4 dan Semtek


Pada periode 1995­ - 2001, sempat terjadi pemekaran di satuan ini dan menjadi Group 5 Antiteror yang bermarkas di cijantung, namun kemudian dikembalikan lagi seperti semula. Ada dua batalyon yang berada di bawah kendali satuan ini yaitu Yon 811 dan Yon 812. Sat-81 Gultor dipimpin oleh seorang perwira menengah berpangkat Kolonel dan berada langsung di bawah Komando dan Pengendalian Danjen Kopassus


Proses perekrutan dilakukan sejak seorang prajurit selesai mengikuti pendidikan para dan komando di Batujajar. Mereka akan ditempatkan di satuan tempur Grup 1 dan Grup 2, baik untuk orientasi maupun untuk pengalaman operasi


Setelah kembali ke markas, masing-masing personil akan ditingkatkan kemampuannya untuk melihat kemungkinan promosi penugasan ke Satuan Sandi Yudha (SANDHA) atau Satuan Antiteror di mana untuk Satuan antiteror, pendidikan dilakukan di Satuan Latihan Sekolah Pertempuran Khusus, PUSDIK PASSUS-Batujajar

Caspir, kendaraan angkut pasukan Gultor


Dapat dipastikan bahwa Detasemen-81 terlibat didalam setiap operasi rahasia militer yang dilakukan oleh TNI seperti di Timor-Timur, Nanggroe Aceh Darussalam, Irian Jaya dll. Bahkan menurut beberapa sumber, saat maraknya pelanggaran perbatasan RI oleh Malaysia, satu peleton Sat-81 gultor ditugaskan ke perbatasan Kalimantan Timur untuk melakukan patroli intai jarak jauh (long range Recce mission) dan dikabarkan bahwa Malaysia menghentikan kegiatannya itu setelah mendengar selentingan kabar bahwa TNI mengirimkan satuan ini. Entah benar atau tidak kabar ini, yang jelas memang  SAT-81 Gultor memang disegani di dunia

3 comments:

  1. berani,benar,berhasil

    ReplyDelete
  2. Dan sekarang muncul densus 88 dari polri.

    ReplyDelete
  3. toop....
    betul agan Arie..tapi beda fungsi, tugas dan kapasitasnya..

    ReplyDelete